Ay
4 min readJun 25, 2024

Naren Kenny

//

Mature//bxb//hurt

Langkahnya tak yakin penuh ragu yang membawanya berakhir di depan pintu apartmen dimana pria yang sudah hampir satu bulan tidak ia temui.

Pintu kayu bercat hitam, perlahan ia ketuk dengan rasa ragu yang terus mendesaknya untuk beranjak namun tak lama suara pintu terbuka menyambutnya.

Bukan Naren si pemilik yang muncul melainkan wanita cantik dengan rambut tegerai, memakai pakaian kebesar yang diyakini milik pemilik aparment dua blok yang disambanginya. Renatta mempersilahkannya masuk dengan suara yang lembut seperti biasa.

“naren masih mandi”

Tebak-tebakan seperti mengisi soal ujian, Kenny menyusun jawabannya agar tak salah paham. Namun nalurinya sulit untuk menebak hingga berakhir pada jawaban yang ia buat-buat.

Pakaian Renatta berada di beberapa sudut ruangan itu, seoalah memang dihuni untuk dua orang yang sudah lama tinggal seatap. Bahkan ketika Kenny menemukan tali dalaman yang disisipkan di bawah meja, tebakannya semakin kearah yang tidak seharusnya membuatnya cemburu saat ini.

Wanita itu meletakkan jus jeruk untuk Kenny yang kemudian memintanya untuk sejenak menunggu.

Tetapi kakinya terasa lesu itu bangkit dan hampir memilih untuk berpamitan, meski berujung tak jadi sebab Naren muncul lebih dulu diikuti Renatta yang sudah rapi keluar dari pintu ruangan yang sama.

“kenny aku pulang dulu ya, hm titip salam buat jackson. Aku ada flight ke milan, bye. See you” ucapnya buru-buru tak luput pula memberi sedikit pelukan untuk Naren.

Canggung tercipta setelahnya, Naren mencoba untuk memecah keheningan dengan batuk yang tak gatal dari tenggorokannya “aku belum bisa nemuin jackson”

“iya gak papa, jack sudah mulai sekolah kok. Aku coba buat biasain dia bersosial lagi, kamu?”

“aku?”

“kamu… gimana keadaannya?” lidah kelunya menciptakan kata yang terbata, bahkan tak sanggup untuk hanya sekedar menatap. Kenny merasakan keringat dingin, entah karena adanya Renatta barusan atau perasaan yang bahkan ia tidak kenali.

“baik, lukanya cepet membaiknya. Ken?” Naren memindah duduknya untuk lebih dekat lalu memandangi pemilik nama itu, yang gugup ketika bola matanya tak tenang bergerak risau. “kamu sakit?” tanyanya memastikan, punggung tangannya dibuat menyentuh dahi yang berkeringat dengan jantung yang berdetak menyakitinya, mencekat pernafasannya.

“ada yang menganggu pikiran kamu, ya?”

Kenny tak menjawab, ia membuang muka setelahnya dan dagunya lebih dulu di raih oleh jemari Naren untuk memudahkannya mengecup bibir pucat yang terasa hangat.

Kecupan yang membawa Kenny mendorong bahu pria itu, rupa Renatta bahkan dalaman yang masih bisa ia lihat mendidihkan api amarah “apa-apan sih”

“biasanya gakpapa, kamu kenapa?”

Biasanya. Iya memang. Kenny akui, hubungannya dan Naren sudah lebih dari hanya sekedar mengasuh Jackson. Mencium, membagi tempat tidur sudah beberapa kali dilakukan. Tetapi itu saat Naren mengatakan tidak lagi berhubungan dengan mantan tunangannya.

Dan hari ini rasanya Kenny hanya dijadikan pelampiasan masa lalu mantan kekasihnya itu. Marah jelas terlihat, rasa khawatir yang dibawa dari rumah berubah menjadi semburar kekecewaan.

“celana dalam wanitamu bahkan masih bisa aku lihat, basah di bawah meja nar” Naren melirik ke arah yang sedang di tatap oleh Kenny, milik Renatta yang ia jelas pastikan.

Sebab, tangannya yang melucuti itu sendiri semalam atau tiga hari ini. Tidak jelas Naren ingat tetapi begitu Kenny kembali menatapnya dengan rasa benci, rasanya percuma untuk menyesal.

Beberapa hari Renatta datang, bagai angin segar untuk Naren yang merasa diabaikan oleh seseorang yang dinantinya. Urusan hasratnya lebih besar, menggelapkan pikirannya.

Atau seharusnya mereka tidak seharusnya menyimpan duka setelah ini karena sejak awal Kenny yang tidak menunjukkan kejelasan.

Tetesan air es dari geles yang berisi jus di hadapan Kenny menyadarkannya pada satu rasa yang kemudian dibangunkannya lagi, bahwa hidupnya hanya untuk Jackson tidak lebih dari itu.

Jemarinya lari menyambar gelas itu, meneguk isinya sampai habis “rumah baru selalu lebih bagus daripada harus menyewa rumah lama yang sudah usang, jus jeruknya enak. Aku pulang, ya nar” pamitnya pada yang termenung diam.

Rumah baru?

Renatta lebih dari apa yang Naren butuhkan. Namun si rumah lama sekalipun usang yang lebih dibutugkan oleh Naren.

Dan harusnya setelah kejadian tempo hari Naren setidaknya tidak akan muncul di hadapan Jackson saat sedang ada Kenny.

Tetapi SUV nya terparkir di depan rumah usang itu, pagi-pagi dan bergegas menyambut Jackson yang sudah rindu pada daddynya.

“dad, i miss you”

“miss you boy, hari ini dad yang antar ke sekolah ya. Aku boleh antar jack ke sekolah, ken?”

Kenny menjawab seadanya dengan senyum canggung.

“pake dulu sepatunya” mencoba untuk biasa saja, dengan suasana yang mendadak mendung. Naren mengikat tali sepatu putranya, berpamitan dengan yang menatapnya kembali dingin.

“dad, papa beberapa hari ini murung terus. Gak mau senyum, sedih terus jack beberapa kali dengan papa nangis”

“nangis karena apa?”

“gak tau, jack takut bertanya. Jack takut papa sakit”

Daddy yang buat papa sakit, nak — batin Naren.

Kala laju SUV nya melewati jalan-jalan kota yang mulai padat, paginya menjadi sedikit berwarna karena putranya yang terlihat lebih segar pasca transpalasi itu.

Kemajuan Jackson cukup pesat, ia bahkan mendengar bahwa putranya tidak lagi pernah mimisan, kelelahan, kondisinya sangat membaik dengan pesat.

Namun tak diimbangi dengan bagaimana Naren memperlakukan Kenny. Terdengar seperti Narenlah yang mengejar jawaban, meski pada akhirnya ia yang berkahir juga mencampakkan.