Ay
3 min readJun 13, 2024
Latte

Pemandangan lampu kota tak sama dengan kantor kecilnya yang hanya dibangun oleh perorang, di dalam rumah sederhana dengan meja-meja tak besar, berjejeran para sales marketing dengan sebandel profile calon hunian yang membutuhkan jasa, jual-beli.

Kenny lama bergelut dibidang ini, menjual unit-unit pasar yang hanya untung lima ratus ribu hingga tujuh tahun berjalan, pundi-pundi di rekeningnya sudah tak berseri. Namun semua itu milik satu nama kesayangannya, Jackson.

Anak laki-laki kecilnya yang selalu ia timang setiap malam, yang pernah sembilan bulan tumbuh di dalam perutnya. Malaikat hidupnya dan satu-satunya separuh jiwanya.

Lalu disinilah ia sekarang dengan segudang cemas akan masa depan, tempatnya bekerja pada akhirnya jatuh karena nominal tertentu. Berakhir menyerahkan tempat kecil itu kepada gurita bisnis Askara.

Askara berbisnis dalam segala aspek kehidupan, Kenny tau itu.

Santer terdengar kemudian berita mengejutkan datang bak pil pahit yang harus ia kunyah. Askra membuka anak perusahaan bernama Narendra, bidangnya pada properti. Dalam sekejap dengan dana bos besar, lahirlah bangunan mewah, rumah-rumah berkelas dengan kualitas bertaraf internasional.

Ia mulai bersaing akan hal itu, Kenny yang menguasai strategi berbisnis selalu menjadi tikus yang lincah mencari peluang.

Setiap jalanan buntu selalu menemukan kembali jalan utama, keahliannya membuat karir yang ia bangun itu bertahan. Bertahan dalam sekejap saja, sebab di depannya sudah datang pria itu.

Pria yang beberapa kali ia temui, dengan culas dan tak beretika. Orang itu menatapnya sinis. Tatapan pemburu yang berhasil menangkap kancilnya dalam satu kali tembakan jarak dekat.

Sambutan dibuka dengan masih sombong seperti yang ia kenali seperti apa orang itu, Kenny beberapa kali menelan ludahnya dengan susah payah.

Ketidak tenangan itu muncul kala surat kontrak kerja itu perlahan mendekat kepadanya, setelah melewati teman-temannya yang lain. Isinya sama persis dengan apa yang disampaikan Nathan, salah satu teman kerjanya.

Tangannya kaku untuk sekedar menggariskan paraf di atas materai, hatinya berkata untuk pergi saja namun logikanya berjalan teringat pada sang buah hati. Jackson membutuhkan operasi besar untuk kesembuhannya.

“ken, gak mau ngopi dulu?”

“gak ngopi”

“seinget gue lo suka latte”

Kenny hampir menjatuhkan ponselnya, entah ia terlalu terprovokasi oleh setiap gerak gerik yang dilakukan pria itu. Sekarang dia mengutuk kenapa barangnya terus berantakan, tangannya bergetar dengan hemat dan berakhir benar-benar berserakan.

Dagunya tidak berani terangkat, ketika aroma yang sama itu mendekat.

“ini anak lo, siapa namanya?”

Biuh-buih keringat yang mengalir itu semakin deras, kala layar ponselnya menyala menunjukkan foto Jackson bersamanya.

Perasaannya yang tidak tenang, tidak boleh kalah. Sejenak ia memejamkan matanya, mengatur nafasnya yang sulit dan segera membersihkan tumpukan barangnya tadi.

Cepat-cepat tanpa membuat kontak dengan pria yang berhadapan dengannya, Kenny meninggalkan ruangan itu.

Naren mungkin lupa. Tapi Kenny tidak akan pernah lupa di setiap kejadian yang pernah membuatnya harus meninggalkan mimpinya. Mimpinya menjadi seorang dokter, beasiswanya dan ketika tujuh tahun dalam neraka.

Derap kakinya menerobos tak tenang ke dalam kamar putranya yang sedang belajar dengan teman baiknya, Chana.

Wanita itu saksi hidup bagaimana hidupnya sampai saat ini, menjaga Jackson berdua itu janji mereka ketika Kenny harus menghadapi kenyataan menjadi single fighter untuk putranya.

Ia mengeratkan pelukannya, lalu membisikkan kata maaf bertubi-tubi.

“papa kenapa?”

“gak papa sayang, papa minta maaf jarang ada waktu sama jackson”

“iya papa jackson maafin, papa kerja buat kita bisa ke roma”

Kenny membubuhkan ciumannya di pipi si kecil, barulah ia menatap Chana yang mendegus membaca situasi.

Keduanya meninggalkan Jackson untuk berbicara di lantai dasar.

Dengan satu biskuit cokelat yang diambil dari kotak bekal Jackson, Chana mantap kosong ke arah berlawan dari tempat Kenny berdiri.

“mulai bulan depan, gue kerja sistem gaji. Gak ada target”

“berapa?” nada suaranya datar.

“tiga lima belum bonus, masuknya senior jadi ya segitu”

“askara bisa gue ancurin kalau gak adil ke lo, ngerti gak ken? kalau lo takut gue sama sekali gak takut”

Chana pemegang kartu AS yang sesungguhnya, wanita itu tau bagaimana cara bermain di meja kasino. Selama waktu berjalan ia hanya terus bungkam karena sahabatnya itu yang memohon.

Namun jikalau memang diperlakukan tidak adil, moment itu akan tiba.

Seperti weekend yang sudah-sudah. William, Chana, Jackson dan Kenny, akan duduk di depan televisi menghabiskan waktu berempat bersama.

Waktunya tidak sebanyak Chana dengan Jackson, tetapi William salah satu yang diandalkan juga untuk urusan bocah itu.

Kedekatan itu terlihat, ketika yang paling muda itu memilih mengusal pipi Willian selama tayangan berlangsung. Wajar jika gosip itu menyebar tentang bagaimana kehidupan Kenny berlangsung. Sebab jika dilihat mereka seperti pohon apel yang buahnya sedang jatuh di atas rumput.