Ay
4 min readJun 15, 2024
Rain

Kehidupannya pernah tak berarti, tidak ada masa depan yang dirasakan. Hanya embun yang menggantung pada tangkai rapuh, menunggu metes atau mengering dengan sendirinya.

Dan kala hujan jauh lebih indah dari pelangi, embun itu berubah menjadi bulir air yang deras mengalir di tangkai yang tak lagi subur.

Naren bertemu dengan pria itu, awal cerita itu dimulai. Kebaikanya menbuat hatinya jatuh pada kesederhanan yabg disajikan. Harinya mulai menjadi semakin bersemangat, ada yang ia tunggu di taman universitasnya. Hidupnya tidak pernah menjadi kosong lagi.

Penyempurna itu indah tak terkalahkah oleh apapun. Tak termakan oleh keadaan. Keduanya serasi, menjadi desas desus yang hangat.

Sesuatu yang bermulai baik perlahan menjadi petaka, membawa Naren sekarang berdiri disini di depan pintu yang tidak terkunci.

Rumah sunyi yang gelap karena tirainya tertutup rapat, lampunya tidak nyala. Ragu ia menyusuri lantai, terdengar suara seseorang berdeham dari salah satu kamar yang sedikit terbuka pintunya.

Kenny duduk di kursi memegang laptopnya yang menyala.

“chana udah bilang kamu mau kesini” katanya tenang, tidak bergeming dari tempatnya. Mempersilahkan masuk tamu yang sudah ia tunggu sejak siang tadi.

Tangannya yang meremas kertas, Kenny meyakini apa yang ia yakini hanya dengan menatap mimik pria di hadapannya.

“mereka kembar, Jesslyn namanya. Hanya dua minggu adik Jackson bertahan, kegagalan sel darah. Begitu juga dengan Jackson yang awalnya dokter sudah mendiagnosa hal itu, tapi tahun pertama sampai ketiga anak itu baik-baik saja. Sampai aku gak sadar kalau Jackson sering memar tiba-tiba, aku kira karena latihan naik sepeda” Kenny menjeda kalimatnya, untuk tertawa getir “puncaknya, malam itu Jackson mimisan gak berhenti barulah aku lakuin segala pemeriksaan. Dan Leukemia sudah ada di tubuh Jackson sejak awal, satu tahun virusnya sempat mati dan muncul lagi sampai saat ini”

Nafasnya terdengar memburu, begitu juga dengan Naren semakin tertunduk kaku “penyebabnya kemungkinan karena hormon yang tidak cocok, harusnya aku dengerin kamu untuk aborsi. Supaya aku gak kasih hidup yang susah buat mereka, Jesslyn lebih mirip sama kamu. Persis kamu nar”

“berapa lama jarak mereka?”

“sekitar lima menit, aku gak minta kamu untuk menebus semua ini. Jackson juga taunya kamu udah mati, aku sudah kubur kamu bareng sama jasad adek. Aku gak akan nuntut apapun Nar, aku bisa sendiri”

“aku mau tanggung jawab, aku mau sebanyak apapun jackson butuh transpalasi”

Kenny menghela nafasnya panjang, membuang mukanya ke arah berlawanan. Mengusap air matanya dengan telunjuknya.

Kaku bibirnya untuk melanjutkan obrolan ini, lidahnya kelu “nar, pergi aja dari hidup kamu. Kaya kamu usir kamu waktu itu”

Tidakkah ingatan itu harus disembuhkan?

Segala yang ia lakukan selama ini rubuh begitu saja ketika penyesalan terlihat dari sorot Naren.

Di hadapan Chana ia sudah berjanji untuk tidak egois, tetapi rasanya tidak bisa menerima setitik lagi darah yang harus menyembuhkan Jackson berasal dari pria yang bahkan tidak menginginkan kehadiran mereka.

Hening itu tercipta, isakan Naren yang tidak terbendung pecah juga ketika melihat foto-foto dua anaknya.

Hasil usg, foto kelahiran perjalan itu Naren tidak pernah ada. Selama ini yang dalam benaknya hanya dia satu-satunya yang menderita, nyatanya ada yang ia lukai hingga lebih menderita.

Kenny pria yang ia temui itu seharusnya tidak seperti ini hidupnya.

Foto terakhir Jackson yang ia tatap, membawa figure action ultramen membuatnya berlutut di hadapan yang sangat berhak membunuhnya saat ini juga.

Bersimpu memohon untuk pertama kalinya “anggap aku sudah mati, kubur aku sedalam yang kamu mau. Tapi ijinin aku untuk melakukan peranku yang selama ini hilang, Jackson gak harus tau siapa aku, biar itu jadi hukuman untuk aku”

“nar, aku gak nyangka kamu segak berguna ini. Aku pikir kamu akan berlagak keren dengan nunjukin kekuasaan kamu” ia dicibir penuh amarah “bangun naren, anak-anak kamu gak butuh orang tua yang payah. Aku gak mencontohkan itu ke mereka, kepala aku jadi kaki, kakiku jadi kepala untuk mereka. Jangan jadi pecundang, kamu orang tua anak-anak yang pernah kamu minta untuk diaborsi” bak pecutan yang mencambuknya, Naren mendongakkan kepalanya untuk menatap sumber suara yang membawanya pada rasa-rasa pahit menahun itu.

Diiringi dengan derasnya hujan, desiran darah yang menyirami setiap nadinya. Kenny merekahkan senyumnya untuknya, menyampaikan setidaknya sepenggal kata pencambuk.

Hari itu yang dingin tidak sedingin yang ia bayangkan, selain keteduhan senyum Kenny, hati pria itu yang lapang membawanya pada rasa hangat, rengkuhan itu mengerat dengan sangat erat “kamu daddy nya Jackson dan Jesslyn, buat mereka bangga sama kamu”

“maaf ken”

“aku memaafkan kamu, kalau jackson maafin kamu. Temui anak itu sebagi seorang ayah yang bertanggung jawab”

Embun yang tidak lagi takut mengering, atau kunci yang sudah membuka pintunya. Apapun Naren menyebutnya, menebus satu dari banyak dosanya harus segera ia lakukan.

Putranya menantinya, waktu yang terus berjalan akan semakin mengikis waktu yang sedang menanti. Saat ini, saat pengampunannya disambut baik lembaran baru hidupnya dibuka kembali.